Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Pemancing

Suatu ketika di sebuah Desa, tinggallah seorang pemancing tua. Penduduk Desa mengenalnya sebagai orang ramah, dan pandai bergaul. Banyak yang suka memancing bersamanya. Begitu pula seorang pemuda yang berkunjung hari ini.

Cuaca hari ini tampak sangat bersahabat. dipinggir sungai, mereka memilih tempat masing-masing. Setelah mengambil sedikit umpan, dan memasangnya di kail pengait, keduanya mulai menghentakkan batang panjang itu ke tengah sungai. kini mereka mulai menunggu.

Setelah lama, kail mereka masih tetap bergeming. Anak muda itu mulai bosan. Diambilnya sebuah kerikil dan dilontarkanya ke tengah sungai. Riak besar pun tercipta. "Hai, ikan-ikan, ayo makan umpanku. Cepat."

Tapi, semua itu tidak membuahkan hasil. Sementara, di ujung sana, pemancing tua masih setia menunggu. Walau belum berhasil, dia terlihat sabar. Ia tampak menikmati kesunyian itu. Ada kedamaian yang menemani kesendiriannya. Tiba-tiba, ujung kailnya bergerak. Secepat kilat, dihentakkannya joran itu. Seekor ikan sebesar tangan, tampak diujung kail, dan segera saja masuk ke bumbung ikan.

Sang pemuda terpesona melihat itu. Kini dia pun beranjak mendekat, "Ajarkan aku, pak tua!" Pak tua pun tersenyum, dia lalu berujar, "Halaman pertama buku seorang pemancing sejati, berjudul kesabaran." Ia kembali tersenyum melihat wajah bingung pemuda itu. "Bersabarlah, anak muda. Nikmati kesendirianmu. Selami ketenangan dan kesunyian saat menunggu kailmu."

Ujung kail pemancing tua kembali bergoyang. Ditariknya joran itu. Ah, ada ikan kecil disana. Dilepaskannya ikan itu dari kait. Pemancing itu melepaskan kembali tangkapannya. Ia menoleh kesamping, "dan, jangan tamak anak muda. Biarkan ikan-ikan kecil itu menjadi temanmu melatih kesabaran."

***

Menjadi seorang pemacing, saya kira, adalah serupa dengan menjadi seorang manusia. di dalamnya kita wajib punya kail dan umpan. Kita kan perlu keduanya agar dapat bertahan dan menyandang sebutan itu. Kita akan butuh kail dan umpan, sebab itulah bekal kita dan kekuatan kita. Dan saya juga percaya, kesabaran adalah teman karib yang menemani perjalanan hidup bagi kedua pekerjaan itu.

Bagi seorang pemancing, mungkintak jadi soal berapa banyak ikan yang ditangkap, atau berapa jumlah umpan yang dilontarkan. Sebab memang bukanlah itu intinya. Begitu pun menjadi seorang manusia, mungkin tak jadi soal berapa banyak kekayaan dan harta yang didapat. Pun, tak jadi masalah berapa benyak kegagalan dan kesulitan yang ditemui. Sebab, bukan itulah yang menjadi intinya. Tepi kesabaranlah yang menjadi karib kita dalam menjalani hidup ini. Kesabaranlah yang sejatinya menjadi jiran dalam kesunyian dan keteduhan.

Teman, dalam kesabaran kita dapat menikmati kedamaian. Di dalam kesabaran, ada rasa kepuasan dan pengalaman yang tak mudah ditemukan bagi orang yang tergesa-gesa.

Teman, pemancing tua itu benar. Halaman pertama dari buku pemancing, brejudul kesabaran. Lalu, apa judul halaman pertama buku kehidupan anda?

0 comments:

Recent Comments